Monday, November 30, 2009

Selamat Bertunang Adikku...

11 Zulhijjah, Mak Ija selamat bertunang dengan pilihan hatinya, Sulaiman...Kami adik-beradik pakat bergotong-royong ramai-ramai. Masak juadah sorang sikit...kenalah pandai2 sendiri. Orang lain bolehlah mengharapkan ayah bonda...tapi kami, sejak dari dulu lagi dah terbiasa berkongsi susah dan senang adik-beradik. Majlis kecil-kecilan diadakan di rumah Kak Yang, kakak sulungku...Dikongsikan di sini foto-foto majlis tersebut...


Berdebar menanti cincin disarungkan..huhu


"Jari yang mano nih, fazza? Semuo jari ekau dah bercincin nih!" Agaknyo itulah yang ditanyo dek bakal omak mentua Ija. haha!


Dari kiri, Sulaiman (tinggi sungguh pak cik nih!), abah, mama, ija, mak cik Hendon dan pak cik Daud. Bakal menjadi sebuah keluarga besar...


Mak Ija bersama-sama Kak Yoi (akulah tu), Ijlal, Naurah & Baby Imtiyaz


Bersama penaja utama, Kak Yang (tudung pink) Naurah dan Mak Opai


Dua orang anak dara Cikgu Halim yang vogue dan melaram habih!


Pasangan pengantin yang sentiasa evergreen..hehe...


Baby Imtiyaz yang cumil!

Wednesday, November 25, 2009

Happy 1st Birthday My Dearest Imtiyaz...

A year ago, on the 26th of November, 2.17 pm, another princess of mine was born into the world...born along with hopes and vision to continue the task of da'wah inherited from the route of Ar-Rasul and Sahabah...this beautiful poem is dedicated for my little Imtiyaz...



I have this little angel. For me she left her wings.
She has no idea how much happiness she truly brings.
She brightens up my days with her smiles and her laughs.
She helps me to remember all the blessings that I have.

Her face, it is so perfect, she's sweet and soft and pure.
Sometimes she can be willful and sometimes she is demure.
She tries her very hardest to please and do what's right.
She gives the greatest hugs from morning until night.

When she sees someone is sad, it opens up her heart.
She wants to do all that she can; she wants to do her part.
She'll squeeze away the sorrow and make me forget about my pain.
She shows me where the sun is when we're hiding from the rain.

I know that Allah must love me, He showed me with His Grace
I knew just how completely when I saw my little Imtiyaz's face.
And in that very moment when she came into my world,
I knew that she was so much more than just my baby girl.

She would be my sunshine, with a sweetness that won't end.
And when she grows up one day she would be my closest friend.
She would be the reason I would always try my best.
For my little angel baby girl would be my greatest test.

When Allah entrusts to you an angel, who has left her wings for you.
Encircle her with love with everything you do.
Let her know God made her, and that He trusts you with her care.
Be sure to make time for special moments with her to share.

And when at night she finally says her prayers and goes to sleep
I Thank Him for my Imtiyaz, and ask for him to always keep
A watchful eye and hand to protect her from this world.
Protect my little Imtiyaz; protect my baby girl.

Wednesday, November 4, 2009

Kisah cinta seorang suami...

Kisah ini dinukilkan berdasarkan kisah benar...

Dilihat dari usia beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Masa Pak Suyatno, 58 tahun ke sehariannya diisi dengan merawat isterinya yang sakit. isterinya juga sudah tua. Mereka berkahwin sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikurniakan 4 orang anak .......di sinilah awal cubaan menerpa, setelah isterinya melahirkan anak ke empat .........
tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak boleh digerakkan. Hal itu terjadi selama dua tahun.

Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak mampu digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapkan, dan mengangkat isterinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat ke tempat kerja dia meletakkan isterinya di hadapan TV supaya isterinya tidak berasa kesunyian.

Walau isterinya tidak dapat bercakap, tapi dia selalu melihat isterinya tersenyum, dan Pak Suyatno masih berasa beruntung kerana tempat kerjanya tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siang hari dia boleh pulang ke rumah untuk menyuapi isterinya makan. Petangnya dia pulang memandikan isterinya, mengganti pakaian, dan selepas maghrib dia temankan isterinya menonton tv sambil bercerita apa sahaja yang dia alami seharian.

Walaupun isterinya hanya mampu memandang (tidak mampu memberikan respons ), Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda dan bergurau dengan isterinya setiap kali menjelang tidur.

Rutin ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat isterinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Kerana setelah menikah mereka tinggal dengan keluarga masing-masing.

Dan Pak Suyatno tetap merawat ibu kepada anak-anaknya, dan yang dia inginkan hanya satu: semua anaknya berjaya.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata : "Pak kami ingin sekali merawat ibu ... Semenjak kami kecil kami melihat bapak merawat ibu dan tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak izinkan kami menjaga ibu."

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya .........

"Sudah yang kali keempat kami mengizinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengizinkannya. Bila bapak akan menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini .....
kami sudah tidak sampai hati melihat bapak begini... kami berjanji akan merawat ibu dengan sebaik-baiknya secara bergantian," ujar anaknya yang sulung merayu.

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak didugaoleh anak-anaknya.

"Anak-anakku. .... jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu.... mungkin bapak akan berkahwin lagi.... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku... . itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian..."
Sejenak kerongkongannya tersekat..."Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta
yang tidak dapat dinilai dengan apapun.Cuba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini?

Kalian menginginkan bapak bahagia .... Apakah batin bapak dapat bahagia meninggalkan ibumu dalam keadaannya seperti sekarang?

Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Allah kesihatan yang baik dirawat oleh orang lain .......bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno...Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata ibunya... Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu...

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stesen TV swasta untuk menjadi panel jemputan acara Bimbingan Rohani Selepas subuh dan juru acara pun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno...

Kenapa bapak mampu bertahan selama 25 tahun merawat Isteri yang sudah tidak mampu berbuat apa-apa?

Ketika itu pak Suyatno pun menangis....tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum ibu pun tidak mampu menahan haru...

Disitulah Pak Suyatno bercerita...Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai kerana Allah maka semuanya akan luntur...

Saya memilih isteri saya menjadi pendamping hidup saya .......Sewaktu dia sihat diapun dengan sabar merawat saya... Mencintai saya dengan sepenuh hati zahir dan batinnya bukan dengan mata kepala semata-mata. .. dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu dan baik-baik...

Sekarang dia sakit berkorban untuk saya kerana Allah... Dan itu merupakan ujian bagi saya.

Sihat pun belum tentu saya mencari penggantinya. .. apalagi dia sakit ... Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya mengadu kepada Allah di atas sajadah supaya meringankan penderitaan isteri saya.

Dan saya yakin hanya kepada Allah tempat saya mengadukan rahsia dan segala kesukaran saya...kerana DIA maha Mendengar..."

Masih adakah lagi insan semulia Pak Suyatno di atas muka bumi ini?? Semoga Allah memuliakan dia dan meletakkan dia dalam kalangan insan yang beroleh rahmat Allah.